RUWAJURAI NEWS – Keris bukan sekadar senjata tradisional, melainkan simbol budaya Jawa yang sarat makna filosofis dan spiritual. Di balik lekukan bilahnya, tersimpan nilai sejarah, kepercayaan, dan jati diri masyarakat Jawa yang telah diwariskan lintas generasi.
Keris diyakini memiliki fungsi lebih dari sekadar senjata. Pada masa kerajaan, keris menjadi penanda status sosial, keberanian, hingga simbol kehormatan bagi pemiliknya. Setiap keris dibuat dengan detail khusus, bahkan diyakini menyimpan energi spiritual tertentu.
Dalam tradisi Jawa, keris kerap hadir dalam upacara adat, seperti pernikahan, mitoni, hingga prosesi keraton. Kehadirannya dipercaya membawa perlindungan dan keberkahan. Tidak heran jika keris diperlakukan dengan penuh hormat, bahkan disimpan dengan tata cara khusus.
Selain aspek spiritual, keris juga mencerminkan seni dan filosofi. Lekukan bilah (luk), pamor yang terbentuk di permukaan, hingga bentuk gagang, semuanya dibuat melalui perhitungan dan makna tersendiri. Setiap pamor dipercaya melambangkan doa, harapan, dan karakter pemiliknya.
UNESCO pun mengakui keris sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada 2005. Pengakuan ini menegaskan bahwa keris bukan hanya milik Jawa, tetapi juga aset budaya dunia yang harus dijaga dan dilestarikan.
Kini, meski zaman semakin modern, keris tetap dipandang sebagai simbol sakral yang menjaga identitas budaya Jawa. Bukan hanya benda pusaka, keris adalah wujud filosofi hidup yang mengajarkan keseimbangan, keteguhan, dan penghormatan pada leluhur.***


