RUWAJURAI NEWS – Perubahan iklim kini bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga ancaman serius bagi perekonomian global, termasuk Indonesia. Bencana alam yang semakin sering terjadi, naiknya permukaan air laut, serta cuaca ekstrem membawa dampak nyata pada produktivitas, infrastruktur, hingga kesejahteraan masyarakat.
Sektor pertanian menjadi salah satu yang paling rentan. Perubahan pola hujan dan suhu ekstrem mengganggu siklus tanam, menurunkan hasil panen, dan memicu kenaikan harga pangan. Hal ini berpotensi meningkatkan inflasi serta menekan daya beli masyarakat.
Di sisi lain, industri perikanan dan kelautan juga menghadapi tantangan besar. Pemanasan laut memengaruhi ekosistem, sehingga mengancam keberlanjutan tangkapan ikan. Dampaknya, nelayan kecil menjadi kelompok yang paling merasakan kerugian.
Selain itu, kerugian infrastruktur akibat bencana alam seperti banjir, longsor, dan badai menambah beban anggaran negara. Biaya pemulihan pasca-bencana kerap mengalihkan dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan jangka panjang.
Meski begitu, perubahan iklim juga membuka peluang baru. Sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, dan industri hijau diprediksi tumbuh pesat seiring meningkatnya kesadaran global terhadap keberlanjutan. Jika dikelola dengan baik, transisi menuju ekonomi hijau dapat menciptakan lapangan kerja baru dan menjaga daya saing Indonesia di pasar global.
Pakar ekonomi menekankan perlunya kebijakan adaptasi dan mitigasi iklim yang terintegrasi dengan pembangunan ekonomi. Tanpa langkah konkret, perubahan iklim bisa menjadi penghambat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.***


