RUWAJURAI NEWS – Batik bukan hanya kain bermotif indah, melainkan juga warisan budaya yang sarat makna. Dari sekian banyak daerah penghasil batik di Indonesia, Pekalongan dan Solo menjadi dua kota yang punya ciri khas berbeda, baik dari segi sejarah maupun filosofinya.
Batik Pekalongan dikenal sebagai batik pesisir yang kaya warna dan motif dinamis. Sejak abad ke-19, pengaruh budaya asing seperti Tionghoa, Arab, hingga Belanda sangat kuat terlihat dalam desainnya. Motif batik Pekalongan cenderung lebih bebas, penuh warna cerah, dan menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir yang terbuka dengan budaya luar.
Sebaliknya, Batik Solo lahir dari lingkungan keraton yang kental dengan nilai tradisi dan simbolisme Jawa. Motifnya lebih halus, simetris, dan didominasi warna cokelat sogan dengan filosofi mendalam. Setiap pola batik Solo biasanya memiliki aturan pemakaian tertentu, terutama dalam upacara adat atau kegiatan keraton.
Perbedaan ini menjadikan batik Pekalongan lebih ekspresif dan modern, sementara batik Solo dianggap klasik, penuh makna, dan sarat dengan nilai spiritual. Meski berbeda, keduanya tetap memperkaya khazanah budaya Indonesia dan diakui dunia sebagai warisan tak benda oleh UNESCO.***


