RUWA JURAI- Ekonomi dan bisnis saat ini mengalami perubahan besar seiring pesatnya perkembangan teknologi digital. Jika dulu kegiatan bisnis hanya mengandalkan transaksi tatap muka, kini hampir semua sektor ekonomi beradaptasi dengan sistem online. Fenomena ini tidak hanya membuka peluang baru, tetapi juga membawa tantangan bagi para pelaku usaha.
Perkembangan e-commerce menjadi salah satu bukti nyata bagaimana digitalisasi mengubah pola konsumsi masyarakat. Masyarakat kini lebih memilih berbelanja melalui aplikasi atau marketplace karena dianggap praktis dan efisien. Hal ini tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi digital yang semakin pesat di Indonesia.
Tidak hanya sektor perdagangan, bidang jasa, pendidikan, hingga perbankan pun mengalami transformasi serupa. Kehadiran teknologi finansial (fintech) memudahkan masyarakat dalam melakukan pembayaran, investasi, hingga akses permodalan. Dengan begitu, roda bisnis dapat bergerak lebih cepat dan menjangkau masyarakat luas.
Namun, perkembangan ini juga menyisakan tantangan serius. Persaingan yang semakin ketat, keamanan data, hingga kesenjangan digital antara masyarakat kota dan desa menjadi isu yang harus segera diatasi. Tanpa penanganan yang baik, transformasi digital justru dapat menimbulkan ketidakmerataan dalam pembangunan ekonomi.
Karena itu, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu berkolaborasi menciptakan iklim bisnis yang inklusif. Dukungan regulasi, literasi digital, serta pemberdayaan UMKM berbasis teknologi menjadi langkah strategis agar ekonomi dan bisnis di era digital dapat tumbuh secara berkelanjutan.
Pada akhirnya, transformasi ekonomi dan bisnis di era digital bukan hanya tentang keuntungan finansial, melainkan juga tentang keadilan, keberlanjutan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.***


