RUWAJURAI NEWS – Inflasi global yang melanda berbagai negara belakangan ini memberi pengaruh signifikan terhadap perekonomian nasional. Lonjakan harga energi, pangan, hingga bahan baku industri membuat biaya produksi meningkat, sehingga harga barang di dalam negeri ikut terdorong naik.
Kondisi ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Kenaikan harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak, dan bahan bakar menekan konsumsi rumah tangga, padahal sektor ini merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Di sisi lain, inflasi global juga memicu gejolak di sektor keuangan. Investor asing lebih berhati-hati menanamkan modalnya, sementara nilai tukar rupiah berpotensi tertekan oleh penguatan dolar AS. Hal ini membuat pemerintah harus menjaga stabilitas moneter dan menjaga defisit fiskal tetap terkendali.
Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang. Indonesia sebagai negara produsen komoditas, seperti batu bara, nikel, dan CPO, justru mendapatkan keuntungan dari tingginya harga global. Sektor ekspor masih menjadi penyelamat untuk menyeimbangkan tekanan di dalam negeri.
Pemerintah menyiapkan berbagai langkah mitigasi, mulai dari subsidi energi, pengendalian harga pangan, hingga memperkuat rantai pasok lokal. “Kunci menghadapi inflasi global adalah menjaga keseimbangan antara stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi,” kata seorang ekonom dari Universitas Indonesia.
Inflasi global membuktikan bahwa perekonomian nasional tidak bisa berdiri sendiri, melainkan saling terhubung dengan dinamika internasional. Adaptasi kebijakan dan inovasi ekonomi menjadi syarat mutlak agar Indonesia tetap tangguh menghadapi gejolak dunia.***


