RUWA JURAI– Di tengah dinamika politik yang semakin kompleks dan tantangan konsolidasi partai yang terus meningkat, nama Mukhlis Basri kembali mencuat sebagai figur kader PDI Perjuangan yang tetap teguh pada ideologi dan nilai-nilai partai.
Mukhlis bukanlah sosok yang muncul tiba-tiba. Ia tumbuh dari akar perjuangan wong cilik, memulai karier politiknya dari desa dan menapaki setiap jenjang melalui kerja keras, kesetiaan, dan pengabdian tanpa pamrih. Sosok low profile ini dikenal dekat dengan masyarakat, peduli terhadap kawan, dan setia kepada partai serta Ibu Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Dalam setiap langkah politiknya, Mukhlis selalu menekankan nilai gotong royong dan semangat kerakyatan yang diwariskan Bung Karno.
Menurut Samsul Hadi, sahabat seperjuangan, Mukhlis tidak pernah menjadikan politik sebagai alat untuk mengejar kekuasaan pribadi. Bagi Mukhlis, politik adalah jalan pengabdian untuk rakyat dan partai.
Darah Marhaen yang Mengalir Sejak Desa
Pemilik tagline “Aku Bangga Menjadi Anak Petani”, Mukhlis Basri lahir dari keluarga petani dan tumbuh di tengah kehidupan rakyat kecil. Sejak awal, ia memahami denyut kehidupan kaum marhaen dan berjuang menegakkan hak-hak mereka melalui jalur politik. Bagi Mukhlis, menjadi kader PDI Perjuangan bukan sekadar pilihan politik, tetapi panggilan ideologis untuk menegakkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai Bupati Lampung Barat dua periode (2007–2017), Mukhlis membuktikan kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat. Ia fokus membangun infrastruktur desa, memperluas akses pendidikan, memperkuat ekonomi rakyat melalui sektor pertanian, dan menjaga pemerintahan yang bersih serta transparan. Hingga kini, hasil kerja nyata tersebut masih dikenang dan dirasakan masyarakat.
Kepemimpinan Mukhlis yang merakyat, tegas, dan bersih membuatnya dihormati lintas generasi kader. Ia tidak hanya seorang pemimpin birokrasi, tetapi juga pembimbing bagi banyak kader muda mengenai arti disiplin, kesetiaan, dan pengabdian.
Loyalitas yang Tidak Pernah Luntur
Mukhlis Basri menjadi simbol loyalitas kader sejati. Di tengah berbagai godaan dan tawaran politik, ia tetap teguh di jalur partai. Bagi Mukhlis, PDI Perjuangan adalah rumah ideologis yang tak bisa ditukar dengan apapun. Ia setia bukan hanya pada lambang banteng moncong putih, tetapi juga pada roh perjuangan partai yang membela wong cilik dan menjaga marwah organisasi.
Tulus Purnomo, tokoh senior PDI Perjuangan Lampung, menilai bahwa Mukhlis seperti akar yang kuat, menancap dalam pada tanah perjuangan Bung Karno. Kesetiaan ini menjadi modal penting untuk menjaga kekokohan partai di tengah persaingan politik yang semakin kompleks. Mukhlis berpolitik dengan kesabaran, dedikasi, dan kejujuran, ciri khas kader banteng sejati yang membedakannya dari politik praktis yang berbasis ambisi.
Kader Pemersatu dan Penguat Soliditas Partai
Mukhlis Basri telah berkali-kali mengantarkan PDI Perjuangan meraih kemenangan di daerah kelahirannya, baik dalam Pilkada maupun Pemilihan Legislatif di tingkat kabupaten maupun provinsi. Kemenangan tersebut bukan semata hasil strategi politik, melainkan buah dari kepercayaan rakyat terhadap ketulusan dan kerja nyata yang ditunjukkannya.
Kini, ketika PDI Perjuangan Lampung bersiap menghadapi Pemilu 2029, sosok Mukhlis menjadi sangat relevan. Pengalaman birokrasi yang panjang, rekam jejak kepemimpinan yang bersih, dan kedekatannya dengan masyarakat bawah membuatnya dianggap sebagai kader yang mampu merangkul semua golongan. Dari tingkat ranting hingga elite partai, namanya kerap disebut sebagai pemersatu yang mampu menyatukan energi perjuangan kader untuk kembali mengibarkan kemenangan PDI Perjuangan di Bumi Ruwa Jurai.
Hingga kini, Mukhlis belum menyatakan sikap resmi mengenai kesediaannya memimpin DPD PDI Perjuangan Lampung. Namun bagi mereka yang mengenalnya, Mukhlis selalu berhati-hati dan bijaksana. Ia tidak terburu-buru mengejar posisi, karena bagi Mukhlis kepemimpinan adalah amanah perjuangan yang harus dijalankan dengan tanggung jawab dan kesiapan moral.
Cermin Nilai-Nilai Partai
Kehati-hatian, kesederhanaan, dan kesetiaan pada garis partai membuat Mukhlis Basri dilihat banyak kader sebagai figur yang layak memimpin dan menyatukan PDI Perjuangan Lampung. Ia hadir bukan untuk mengisi jabatan semata, tetapi untuk menghidupkan kembali semangat ideologi partai: gotong royong, kebersamaan, dan perjuangan untuk wong cilik.
Sosok Mukhlis Basri menjadi cermin nilai-nilai partai, sederhana, teguh, dan setia pada perjuangan rakyat. Di tengah arus pragmatisme politik, ia menunjukkan bahwa kesetiaan dan integritas masih menjadi dasar perjuangan kader sejati PDI Perjuangan.
Tulisan ini menjadi refleksi dan apresiasi terhadap kader-kader yang menjaga api perjuangan partai tetap menyala. Mukhlis Basri membuktikan bahwa di dunia politik yang penuh tantangan, masih ada sosok yang mengutamakan pengabdian kepada rakyat dan partai.***
