• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kontributor
  • Kontak
  • Iklan & Kerjasama
Wednesday, October 29, 2025
Ruwajurainews.com
  • Budaya & Pariwisata
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hukum & Kriminal
  • Lampung Raya
  • Opini & Suara Publik
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Lainnya
    • Foto & Video
    • Lifestyle & Hiburan
    • Olahraga Lampung
    • Pemerintahan & Politik
    • Pendidikan & Kesehatan
No Result
View All Result
Ruwajurainews.com
No Result
View All Result

Filosofi di Balik Tarian Tradisional Jawa

by Sava Mentari
September 3, 2025
in Budaya & Pariwisata

RUWAJURAI NEWS – Tarian tradisional Jawa bukan sekadar gerak tubuh yang indah, melainkan sarat makna dan filosofi yang mencerminkan pandangan hidup masyarakat Jawa. Setiap gerakan, iringan gamelan, hingga kostum penari mengandung pesan moral, spiritual, dan nilai kehidupan yang diwariskan turun-temurun.

Salah satu contoh adalah Tari Bedhaya, yang kerap dipentaskan di keraton. Gerakannya yang lembut dan penuh ketenangan melambangkan kesucian, harmoni, serta hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Sementara Tari Gambyong, yang ceria dan luwes, menggambarkan kegembiraan sekaligus penghormatan kepada Dewi Padi sebagai simbol kesuburan dan kesejahteraan.

Filosofi juga tampak dalam Tari Topeng Jawa. Setiap topeng memiliki warna dan karakter berbeda, merepresentasikan sifat manusia: ada yang bijak, pemarah, licik, hingga penuh kasih. Pesan yang disampaikan adalah bahwa kehidupan manusia selalu berhadapan dengan berbagai sifat, dan keseimbangan menjadi kunci.

Berita Terkait

Menyelami Kekayaan Budaya dan Pariwisata Indonesia

Air Terjun Tumpak Sewu: Niagara dari Jawa Timur

Bagi masyarakat Jawa, tarian tradisional tidak hanya hiburan, tetapi juga media pendidikan nilai. Gerakan yang terukur dan ritmis mengajarkan kesabaran, kedisiplinan, serta keharmonisan antara raga dan jiwa.

Kini, meski zaman semakin modern, filosofi di balik tarian tradisional Jawa tetap relevan. Melalui festival, pendidikan seni, hingga kolaborasi dengan seniman kontemporer, tarian Jawa terus hidup sebagai jembatan antara tradisi dan masa depan.***

Source: SHIFA YUHANANDA
Tags: BudayaNusantaraFilosofiTariGamelanKesenianTradisionalTarianJawaTariBedhayaWarisanBudaya
ShareTweetSendShare

Search

No Result
View All Result

Recent News

Sudirman Ail, Sebuah Biografi dari Bumi Raflesia: Menguak Sosok dan Filosofi Hidup Seorang Polisi yang Humanis

Sudirman Ail, Sebuah Biografi dari Bumi Raflesia: Menguak Sosok dan Filosofi Hidup Seorang Polisi yang Humanis

October 29, 2025
Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-97 di Kabupaten Pringsewu Menjadi Sorotan Publik, Semangat Generasi Muda Menggema

Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-97 di Kabupaten Pringsewu Menjadi Sorotan Publik, Semangat Generasi Muda Menggema

October 29, 2025
Skandal SMA Siger Bandar Lampung: Ketua Yayasan Diduga Eks Pejabat Birokrat, Publik Pertanyakan Tata Kelola Sekolah Swasta

Skandal SMA Siger Bandar Lampung: Ketua Yayasan Diduga Eks Pejabat Birokrat, Publik Pertanyakan Tata Kelola Sekolah Swasta

October 28, 2025

Recent News

  • Sudirman Ail, Sebuah Biografi dari Bumi Raflesia: Menguak Sosok dan Filosofi Hidup Seorang Polisi yang Humanis
  • Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-97 di Kabupaten Pringsewu Menjadi Sorotan Publik, Semangat Generasi Muda Menggema
  • Skandal SMA Siger Bandar Lampung: Ketua Yayasan Diduga Eks Pejabat Birokrat, Publik Pertanyakan Tata Kelola Sekolah Swasta
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kontributor
  • Kontak
  • Iklan & Kerjasama

© 2025 - Ruwajurainews.com

No Result
View All Result
  • Budaya & Pariwisata
  • Ekonomi & Bisnis
  • Hukum & Kriminal
  • Lampung Raya
  • Opini & Suara Publik
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Lainnya
    • Foto & Video
    • Lifestyle & Hiburan
    • Olahraga Lampung
    • Pemerintahan & Politik
    • Pendidikan & Kesehatan

© 2025 - Ruwajurainews.com